
TANGGAL 8 November 2019 adalah hari ulang tahun ke-10 Radio PRFM 107.5. Terakhir, radio ini bernama Mustika FM, radio khusus perempuan. Tahun 2007, Pikiran Rakyat membentuk tim konvergensi digital. Direktur Perdana Alamsyah menunjuk saya sebagai ketua tim. Salah satu tugasnya, mengkonvergensikan semua media di lingkungan Pikiran Rakyat, termasuk rado Mustika.
Dunia media sudah mengarah kepada konvergensi platform dan konten. Pikiran Rakyat ke depan tidak boleh hanya mengandalkan media cetak (print). Suatu hari orang akan mengenal Pikiran Rakyat bukan hanya koran, tapi sebuah ekosistem perusahaan informasi. Begitu kira-kira pemikiran almarhum Atang Ruswita, pendiri Pikiran Rakyat.
Karena itu, harus ada reposisi dan rebranding terhadap Radio Mustika. Maka direksi memutuskan, radio Mustika berubah menjadi PRFM 107.5. Dia juga direposisi sebagai radio berita (news channel). Saat itu, pimpinan radio dipegang Tata Karwata. Dia mengusulkan transformasi bertahap, tidak langsung menjadi full news channel. Sebab awak dan penyiar radio kebanyakan masih berkultur radio hiburan, dan Pikiran Rakyat berketetapan menggunakan personel yang sama. Maka Mustika menjadi PRFM Music and News Channel.
Penyiar-penyiar seperti Nensi Krisna, Feri Utomo, Toto serta supporting staf seperti Pri, Ari dan lain-lain dan lain-lain, juga antusias untuk bertransformasi. Mereka bertekad untuk menggeser dominasi radio Elshinta di Bandung. Waktu itu ada juga kekurangan Elshinta, yaitu terlalu “nasional”. Masak warga Bandung kudu mendengarkan kebakaran pasar di Bengkulu?
Konsepnya, radio ini sebagai perekat warga Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupatan Bandung Barat, Kota Cimahi, dan sebagian Sumedang). Reporternya adalah warga. Karena itu ada tagline :”Andalah reporter kami”. Sebetulnya ini meniru konvergensi Strait Times Online Mobile and Print (STOMP) kelompok the Strait Times: Singapore Seen. Singapura seperti yang kamu lihat!. You are our reporter.
Masuknya kang Wan Abbas sebagai direktur PRFM mempercepat transformasi. Wan Abbas kemudian menggandeng Indra Bigwanto. PRFM kemudian full menjadi radio berita : PRFM News Channel 107.5. Konsep citizen reporter dimantapkan oleh Kang Abbas. Warga yang ingin memberi infor harus meregister nomor telepon genggamnya. PRFM memiliki data ratusan ribu nomor telepon.
Dan tahukah Anda, siapa citizen reporter pertama PRFM: Mang Encu! Seorang tukang becak yang mangkal di Kacapiring. Ada juga seseorang bernama Mario, tampaknya seorang blasteran. Waktu itu belum ada whatsapp. Mang Encu rajin kirim info via SMS. Adalah Feri Utomo yang sabar menerima dan mewawancarai Mang Encu. Feri yang seorang dokter (kini bertugas di Riau), pasti terkesan dengan mang Encu yang suaranya cemprèng, atau Mario yang bicaranya lèlèt.
Suara meng Encu khas suara orang tua. Kadang agak batuk. Dia kadang cerita tentang situasi jalan, komen tentang kebijakan pemerintah dan efeknya terhadap orang kecil seperti dia. Entah di mana sekarang mang Encu, dan Mario tentunya.
Curah aspirasi warga demikian besar. Kiriman SMS masih banyak yang nyinyir, kasar dan tidak substantif. Perlahan penyiar akhirnya memiliki wisdom tersendiri. Bagaimanapun PRFM harus mendidik publik untuk mengritik tanpa mencaci. Rebranding dan reposisi PRFM ternyata diterima masyarakat Bandung. Semakin banyak warga yang memberikan info tentang cuaca, lalu lintas, layanan publik, info kehilangan dan lain. Mobil-mobil, taksi, bahkan angkot, mulai mendengar PRFM untuk memantau lalu lintas.
Yang paling momentual adalah ketika mudik lebaran. Ratusan, bahkan ribuan warga yang mudik memberi informasi. Penyiar Basith Patria yang orang Madiun, selalu mudik menggunakan sepeda motor Honda GL-nya. Sepanjang jalan dia melaporkan situasi lalu lintas.
Karena demikian tingginya apresiasi masyarakat, Direktur Utama Pikiran Rakyat H. Sjafik Umar memerintahkan PRFM pindah dari kompleks ruko Kopo Plaza di Jl Peta, ke Braga pendek, di samping Majestic. Kepindahan ke tengah kota ini semakin memantapkan posisi PRFM sebagai radio perkotaan. Karena letaknya di tengah kota, maka PRFM pun menjadi tempat singgah para tokoh masyarakat. Ada gubernur, walikota, pejabat polisi, dan tentu tokoh-tokoh Persib. Bahkan PRFM mampu menembus Wakil PResiden Jusuf Kalla untuk wawancara live dengan PRFM!
Jajaran kepolisian Bandung Raya juga mewajibkan para polisi mendengarkan PRFM untuk mengetahui informasi masyarakat. Mereka juga menggunakan PRFM sebgai corong pembinaan dan penerangan kamtibmas. Masyarakat melapor kepada PRFM, maka PRFM pun mengonfirmasikan kepada kepolisian. Masyarakat mengeluhkan air PDAM, listrik PLN, dan PRFM pun mewawancaraai pejabat terkait. Ada warga kehilangan anggota keluarganya, maka pasti mereka lapor ke PRFM, maka anggota keluarga itu pun ditemukan kembali. Berbagi informasi antar warga adalah nyawanya PRFM.
Kini dengan adanya media sosial, fungsi perekat sosial PRFM makin kuat. Dengan Instagram (139 ribu follower), Twitter (239 ribu) serta kedahsyatan whatsapps, masyarakat jadi bisa lebih berinteraksi dengan PRFM.
Sekarang, PRFM di bawah direktur H. Januar Ruswita, dan pemimpin redaksi M. Fauzy “Brewok” mudah-mudahan PRFM melesat jauh.
Selamat ulangtahun PRFM, tetap rendah hati, tetap menjadi radio dengan jurnalisme solusi.!
Menarik tulisana kang Budhiana. Kebetulan saya mantan rekdaktur media kompetitor yg akang sebut. Suatu saat bisa ngobrol juga kayaknya soal gimana mempertahankan format berita yg bandung banget. Yang disebut akang di atas bener banget 100.persen.